POLARISABILITAS
POLARISABILITAS
Polarisabilitas adalah kemudahan suatu molekul
untuk membentuk di pol sesaat atau untuk mengimbas suatu molekul. Gaya tarik di
pol dipole terjadi karna molekul yang sebaran muatanny tidak simetris bersifat
polar dan mempunyai dua ujung yang berbeda muatan.
Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang terjadi
antara molekul-molekul
atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu makromolekul.
Gaya tersebut dapat berupa kohesi antara molekul serupa, seperti contohnya pada tegangan permukaan, atau adhesi antara
molekul tak serupa, contohnya pada kapilaritas.
Gaya antarmolekul ini memiliki sifat tarik menarik dan
juga tolak-menolak antar molekul. Ketika dua molekulnya berdekatan, gaya tolak
antara muatan yang sama akan timbul dan semakin tinggi energi tolaknya. Oleh
karena itu akan dibutuhkan energi yang lebih tinggi pula untuk memampatkan
suatu molekul.
Penelitian gaya antarmolekul bermula dari pengamatan
makroskopik yang menunjukkan adanya aksi gaya-gaya pada tingkat molekul atau
mikroskopik. Pengamatan ini meliputi sikap termodinamik gas non-ideal yang
dicerminkan oleh koefisien virial, tekanan uap, viskositas, tegangan permukaan dan data adsorpsi.
Rujukan pertama mengenai gaya-gaya mikroskopik
didapati .pada tulisan Alexis
Clairaut yang berjudul "Theorie de la Figure de la TerreSejumlah sarjana yang
berkontribusi terhadap penelitian gaya-gaya mikroskopik antara lain adalah: Laplace, Gauss, Maxwell and Boltzmann.
Gaya Van der Waals terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. gaya Keesom/Gaya elektrostatis,
meliputi interaksi antara:
·
molekul
ionik dengan molekul ionik
·
dipol
permanen dengan dipol permanen
2. gaya Debye (interaksi antara dipol
permanen dengan dipol terinduksi)
Gaya London/Gaya Dispersi
(interaksi antara dipol sementara dengan dipol terinduksi)
Molekul polar memiliki distribusi atau kerapatan
elektron yang tidak merata dikarenakan pada molekul polar memiliki perbedaan
keelektronegatifan yang besar. Perbedaaan keelektronegatifan ini menyebabkan
suatu atom terbagi menjadi dua muatan (dipol), satu ujung memiliki muatan
positif dan ujung lainnya bermuatan negatif. Terdapat kecenderungan bahwa ujung
positif akan berdekatan dengan ujung negatif atom lain yang berada di
dekatnya.2 Keadaan ini disebabkan adanya gaya tarik-menarik yang disebut dengan
gaya tarik dipol – dipol.
Hubungan gaya dipol – dipol dengan sifat fisik suatu
senyawa. Semakin rendah gaya tarik dipol-dipol antar molekul , maka titik didih
maupun titik leleh senyawa tersebut akan semakin tinggi. Kenyataan ini
menyatakan bahwa gaya tarik dipol-dipol bukan merupakan faktor utama penentu
besarnya titik leleh maupun titik didih suatu senyawa. Gaya dipol-dipol
merupakan gaya yang bekerja antara molekul – molekul polar, yaitu antara
molekul yang memiliki momen dipol. Semakin besar momen dipolnya, maka semakin
kuat gayanya.
Suatu contoh interaksi dipol-dipol dapat dilihat pada asam klorida (HCl):
ujung positif suatu molekul polar akan saling menarik dengan ujung negatif
molekul lain dan mempengaruhi posisinya. Molekul polar mempunyai gaya tarik
resultan. Contoh-contoh molekul polar adalah asam klorida (HCl) dan kloroform (CHCl3).
Ikatan hidrogen (hydrogen bond) adalah gaya tarik menarik antara suatu pasangan
dari sebuah atom elektronegatif dan
sebuah atom hidrogen yang terikat dengan nitrogen, oksigen,
atau fluorin. Ikatan
hidrogen sering digambarkan sebagai suatu interaksi dipol-dipol elektrostatik
yang kuat. Namun, juga memiliki sejumlah ciri ikatan
kovalen: mempunyai arah, lebih kuat dari interaksi van
der Waals, menghasilkan jarak antaratom yang lebih pendek dari
jumlah jari-jari van der Waals, dan umumnya
melibatkan pasangan dalam jumlah terbatas, yang dapat ditafsirkan sebagai
sejenis valensi.
IKatan hidrogen antarmolekul menyebabkan tingginya titik didih air (100 °C)
dibanding hidrida grup 16 lain,
yang tidak mempunyai ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen antarmolekul juga turut
menyebabkan struktur sekunder, tersier, dan kuaterner dari protein dan asam nukleat.
Juga berperan penting pada struktur polimer,
baik sintetik maupun alamiah.
Gaya ini dikemukakan pertama kali oleh Johannes van der Waals (1837-1923).
Gaya Van der Waals merupakan gaya tarik menarik listrik yang relatif lemah
akibat kepolaran molekul yang permanen atau terinduksi. Kepolaran permanen
terjadi akibat kepolaran di dalam molekul, sedangkan kepolaran tidak permanen
terjadi akibat molekul terinduksi oleh partikel lain yang bermuatan sehingga
molekul bersifat polar sesaat secara spontan.
Konsep gaya tarik menarik antar molekul ini digunakan
untuk menurunkan persamaan zat-zat yang berada dalam fase gas. Gaya ini terjadi
karena adanya gaya tarik menarik antara inti atom dengan elektron atom lain
yang disebut gaya tarik menarik elektrostatis (gaya coulomb) yang umumnya
terdapat pada senyawa polar. Pada molekul non polar gaya Van Der Waals timbul
karena adanya dipol-dipol sesaat atau gaya London.
Berdasarkan kepolaran partikelnya gaya Van Der Waals
dibagi menjadi :
1. Interaksi ion-dipol (molekul polar)
2. Interaksi dipol-dipol
3. Interaksi ion-dipol terinduksi
4. Interaksi dipol-dipol terinduksi
Interaksi ion-dipol (molekul polar)
Terjadi interaksi/tarik menarik antara ion dengan
molekul polar (dipol) yang relative cukup kuat.
Interaksi dipol-dipol
Merupakan interaksi antara sesama molekul polar
(dipol) yang terjadi antara ekor dan kepala dari molekul itu sendiri.
Interaksi ion-dipol terinduksi
Merupakan interaksi ion dengan dipol terinduksi. Dipol
terinduksi merupakan molekul netral dan menjadi dipol akibat induksi partikel
bermuatan yang berada di dekatnya. Ikatan ini relatif lemah karena kepolaran
molekul terinduksi relatif kecil daripada dipol permanen.
Interaksi dipol-dipol terinduksi
Molekul dipol dapat membuat molekul netral lain yang
bersifat dipol terinduksi sehingga terjadi interaksi dipol-dipol terinduksi dan
ikatannya relatif lemah sehingga prosesnya berlangsung secara lambat.Antar aksi
dipol terinduksi-dipol terinduksi (gaya london)
Gaya Van der Waals bersifat permanen sehingga lebih
kuat dari gaya london. Gaya Van Der Waals terdapat pada senyawa Hidrokarbon
seperti CH4. Perbedaan keelektronegatifan C(2,5) dengan H(2,1)
sangat kecil, yaitu 0,4. Senyawa-senyawa yang memiliki ikatan Van Der Waals
akan mempunyai titik didih yng sangat rendah, tetapi akan semakin tinggi
apabila Mr bertambah karena ikatan akan semakin kuat (C4H10 >
C3H8 > C2 H6> CH4).
Gaya London pertama kali ditemukan oleh seorang ahli
fisika dari Jerman, Fritz London,
pada tahun 1930.
Gaya London adalah gaya tarikan lemah yang disebabkan oleh dipol imbasan
sekejap atau sesaat yang terjadi karena adanya pergerakan elektron dalam suatu
orbital. Pergerakan tersebut dapat mengakibatkan tidak meratanya kepadatan
elektron pada atom, sehingga atom tersebut mempunyai satu sisi dipol dengan
muatan lebih negatif dibandingkan sisi yang lain. Mudahnya suatu atom untuk
membentuk dipol sesaat disebut dengan polarisabilitas. Dipol – dipol ini
dikatakan sesaat karena pergerakan elektronnya milyaran kali dalam satu detik.
Dipol sesaat pada suatu atom dapat mengimbas
(menginduksi) atom yang berada di sekitarnya sehingga terjadi dipol terimbas.
Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya gaya tarik-menarik antara dipol sesaat
dengan dipol terimbas.
Pergerakan elektron yang mengakibatkan dipol sesaat
dalam suatu molekul akan bertambah besar apabila molekul tersebut memiliki
jumlah elektron yang semakin besar pula. Jumlah elektron yang besar berkaitan
dengan massa molekul relatif (Mr) molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr
suatu molekul, maka semakin besar polarisabilitasnya dan semakin besar pula
Gaya Londonnya.Molekul dengan struktur panjang mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mengalami dipol sesaat atau polarisabilitas. Hal ini dikarenakan
molekul dengan struktur panjang mempunyai bidang yang lebih luas bila
dibandingkan dengan molekul yang memiliki struktur lebih rapat dan kecil.
Kekuatan gaya London bergantung pada beberapa faktor,
antara lain kerumitan molekul dan ukuran molekul.
Kerumitan
Molekul
Lebih banyak terdapat interaksi pada molekul kompleks
dari molekul sederhana, sehingga Gaya london lebih besar dibandingkan molekul
sederhana.Semakin besar Mr semakin kuat Gaya london.
Ukuran
Molekul
Molekul yang lebih besar mempunyai tarikan lebih besar
dari pada molekul berukuran kecil, sehingga mudah terjadi kutub listrik sesaat
yang menimbulkan gaya london besar.Dalam satu golongan dari atas ke bawah,
ukurannya bertambah besar, sehingga gaya londonnya juga semakin besar.
Gaya London biasanya terjadi pada gas mulia yang
mempunyai keelektronegatifan nol (stabil). Contohnya pada Neon, dimana gas Neon
bisa dicairkan pada suhu yang tinggi atau rendah. Pada suhu yang sangat rendah
atom-atom Neon akan saling berdekatan sehingga kestabilan elektronnya akan
terganggu. Hal ini menyebabkan dalam atom Neon terbentuk dua kutub (dipol)
antara molekul yang sama. Dipol ini membentuk ikatan sehingga Neon berubah
menjadi cair. Dipol ini bersifat sementara, karena elektron selalu bergerak
dalam orbital sehingga pada saat berikutnya dipol itu hilang.
Materinya bermanfaat, terimakasih.
BalasHapusTerima kasih penjelasannya kakak
BalasHapusTerimakasih atas penjelasannya.
BalasHapusTerima kasih atas penyampaian informasinya, bermanfaat tentunya,
BalasHapusTerima kasiih. Sangat bermanfaat
BalasHapusterima kasih atas ilmu yang diberikan, Kalau bisa mohon lebih dijelaskan lagi, terima kasih
BalasHapusPublikasi nya bermanfaat
BalasHapusTerima kasih materinya sangat bermanfaat, ingin menyarankan ditambahkan gambar-gambar dari contoh polarisabilitas agar lebih mudah dipahami
BalasHapus